Animasi merupakan salah satu daya tarik industri sinema yang sangat menarik dan tidak terbatas pada kalangan anak-anak semata. Banyak film animasi yang berhasil menduduki posisi puncak box office dan menyedot penonton dewasa. Meski demikian tidak dipungkiri juga anak-anak memiliki ikatan emosional yang lebih erat dengan film animasi. Karena itu, film jenis ini bisa memainkan peran yang signifikan dalam pertumbuhan anak.
Semenjak lahir di lingkungan keluarga, anak-anak senantiasa mendapat perlindungan dan dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Mereka pun berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kebahagiaan si anak. Dalam kebudayaan Timur, terutama Islam, keluarga memiliki posisi yang istimewa dan strategis. Keluarga merupakan agen pendidikan pertama bagi anak-anak sebelum mereka terjun ke lingkungan sosial yang lebih luas. Karena itu peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya memainkan peran yang sangat berpengaruh.
Beragam fasilitas seperti alat permainan, buku, film, permainan komputer, dan acara televisi merupakan bagian dari kehidupan anak-anak zaman sekarang yang bisa berdampak terhadap masa depan generasi mendatang. Karena itu banyak para pakar pendidikan dan psikologis yang mewanti-wantikan agar orang tua harus selalu mengawasi dan mengatur anak-anak mereka dalam menggunakan perangkat hiburan dan pendidikan yang ada.
Sekarang ini, sering sekali kita menyaksikan banyaknya orang tua yang membiarkan anak-anaknya bebas menonton film animasi tanpa pengawasan bahkan sebagian menjadikan film tersebut sebagai hadiah bagi anak-anak mereka. Tentu saja, film semacam itu bukan sekedar tontonan menghibur bagi anak tapi juga menjadi faktor berpengaruh bagi pertumbuhan mental dan fisik anak. Menurut para peneliti, anak pada usia tiga hingga lima tahun hanya menjadi penonton dan belum memiliki kekuatan untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Karena itu apa yang dilihatnya, mereka anggap sebagai kenyataan.
Kemampuan animasi dalam membidik rasa tertarik dan daya imajinasi anak membuat jenis film tersebut mampu memainkan peran yang berpengaruh terhadap perkembangan daya pikir anak. Ironisnya saat ini banyak film animasi yang semestinya tidak layak ditonton anak-anak dan banyak mengandung tema-tema kekerasan, horor, dan bahkan masalah orang-orang dewasa seperti seks dan hubungan percintaan. Namun sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, minimnya kemampuan daya pikir dan analisa anak, tontonan animasi semacam itu bisa menjadi faktor perusak bagi masa depan mereka.
Plato, filosof Yunani kuno dalam buku The Republic menyatakan, "Tugas pertama kita adalah mengawasi para pencipta dongeng. Jika mereka menciptakan dongeng yang bagus, maka kita pun menerimanya. Namun jika buruk, kita pun harus menolaknya. Selanjutnya adalah memaksa para ibu dan pengasuh anak supaya hanya menceritakan kisah-kisah yang baik bagi anak-anak mereka dan mendapatkan kisah-kisah tersebut dari para arif yang bijaksana. Kita harus menyadari bahwa pengaruh cerita terhadap pendidikan kejiwaan anak jauh lebih berpengaruh ketimbang pengaruh olahraga terhadap fisik mereka".
Dengan demikian, animasi sebagai bentuk modern dongeng bisa memainkan peran yang jauh lebih signifikan terhadap psikologi anak.
Tahun 2009 bisa dibilang sebagai masa keemasan dalam sejarah industri film animasi dunia. Pada tahun itu, banyak diproduksi beragam jenis film animasi. Bahkan banyak bintang film kawakan yang turut terlibat. Beberapa contoh di antaranya adalah A Christmas Carol, Ponyo, Nine, The Princes and The Frog, dan Up, dan sebagainya.
Maraknya produksi film-film animasi itu juga terus berlanjut hingga tahun 2010. Toy Story 3 ataupun Sherk Forever After merupakan film-film animasi produksi tahun ini yang relatif berhasil mendapat tempat di hati publik dunia. Tentu saja pangsa pasar yang luas membuat banyak film animasi yang berhasil banyak meraup keuntungan. Sebagaimana diketahui, film Toy Story 3 terbilang sebagai film animasi terlaris di sepanjang sejarah.
Meski sudah sejak lama animasi mendapat sambutan luas masyarakat baik di layar kaca maupun layar lebar, namun perkembangan teknologi visual digital semakin memperkuat daya tarik film animasi terhadap masyarakat terutama anak-anak.
Sayangnya perkembangan pesat film animasi dalam beberapa tahun belakangan ini tidak diimbangi dengan aturan dan pengawasan yang jelas. Di era dekade 80-an dan awal 90-an, sensor terhadap film dan segmentasi usia penonton diberlakukan secara lebih ketat. Sebagai misal, dalam film kartun pada masa itu penggambaran senjata secara real tidak diperkenankan. Adanya pengawasan dan pembatasan semacam itu relatif memberikan ketenangan bagi para orang tua dan pendidik.
Sayangnya, film-film animasi yang diproduksi dalam beberapa tahun terakhir ini banyak mengandung muatan yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak. Banyak di antara film-film animasi yang sukses justru lebih layak ditonton untuk usia dewasa lantaran memuat aksi-aksi kekerasan dan percintaan.
Saat ini, meningkatnya kekerasan di kalangan generasi muda merupakan salah satu dampak buruk media massa yang paling mengkhawatirkan. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa media massa memiliki andil besar dalam menyebarkan kekerasan. Penayangan film-film kekerasan dan kriminal disinyalir bisa membangkitkan mental kekerasan, sikap radikal, dan aksi kejahatan bagi para penontonnya. Selain itu, kebiasaan menonton film kekerasan oleh anak-anak dan remaja juga bisa mengganggu ketenangan keluarga.
Maraknya Penayangan aksi kejahatan dan kekerasan dalam film animasi secara tidak langsung akan mengesankan pada anak-anak bahwa hal semacam itu merupakan kejadian biasa dan bagian dari kenyataan sehari-hari yang tak perlu dikhawatirkan. Karena itu, maraknya rangkaian aksi penembakan di lingkungan sekolah dan kampus di AS belakangan ini merupakan dampak dari tayangan film-film dan permainan komputer yang bertemakan kekerasan. Sebab sang pelaku mencoba mengalihkan kekerasan yang selama ini hanya terbayang di imajinasi dan dunia maya ke dunia
Source: Banjarku Umai Bungasnya: Pengaruh cerita terhadap pendidikan kejiwaan anak jauh lebih berpengaruh ketimbang pengaruh olahraga terhadap fisik mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar